Oleh: Dedi Saputra
Di tanah Sepucuk Nipah Serumpun Nibung, kabupaten Tanjung Jabung Timur ini, nilai-nilai adat Melayu tumbuh subur dalam sanubari masyarakatnya, berakar dalam pada tradisi leluhur yang menekankan keharmonisan, kebijaksanaan, dan kekuatan dalam kepemimpinan. Masyarakat bumi Melayu ini telah lama menjunjung tinggi kepemimpinan laki-laki sebagai penjaga adat dan budaya, sebagai sosok yang teguh berani, mengayomi, dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip kemelayuan yang luhur. Namun, dalam adat yang penuh kehormatan ini, tidak lantas menutup peluang bagi kaum perempuan untuk turut ambil bagian, menjadi pendamping, penguat, dan pemberi warna dalam perjalanan seorang pemimpin.
Keinginan akan kepemimpinan laki-laki di Tanjung Jabung Timur tidak berarti menolak peran kaum perempuan. Sebaliknya, ada semangat kerjasama antara laki-laki dan perempuan yang membentuk fondasi yang kokoh dalam kepemimpinan. Sosok Laza, seorang pemimpin laki-laki yang kerap didampingi istri tercinta, menjadi simbol dari keutuhan dan keharmonisan dalam sebuah kepemimpinan. Dalam setiap langkahnya, kehadiran istri sebagai pendamping sejati menjadi cerminan akan pentingnya dukungan dari seorang perempuan yang setia, memperlihatkan bahwa kesuksesan seorang pemimpin tidak bisa terwujud tanpa sinergi yang kuat dari perempuan di sisinya.
Begitu pula dengan Aris, yang senantiasa ditemani sang istri dalam setiap perjalanan perjuangannya. Mereka berdua menggambarkan betapa sebuah keluarga yang harmonis menjadi pondasi bagi seorang pemimpin yang kokoh. Kehadiran seorang istri tak hanya sekadar pendamping, tetapi sebagai inspirasi yang menguatkan dalam menghadapi setiap tantangan. Kebersamaan mereka mencerminkan bahwa kesuksesan seorang pemimpin tak dapat terlepas dari sentuhan perempuan yang selalu setia berada di belakangnya, menjadi pengingat bahwa *”Sebab tuah bersulamkan kasih, hasilnya selaras budi yang tulus”*.
Dalam konteks ini, bumi Melayu Tanjung Jabung Timur seolah berbicara dengan seloko: *”Seumbun manau di tepian betung, lelaki berpayung, perempuan berteduh*”. Di bumi yang kaya dengan warisan nilai ini, masyarakat melihat bahwa lelaki sebagai pemimpin utama, namun kehadiran perempuan yang setia adalah pelengkap yang saling menopang. Kepemimpinan laki-laki dalam ranah Melayu ini dianggap membawa ketegasan dan visi yang jelas, namun kehadiran perempuan di sisinya menambah kedalaman dan kesantunan dalam setiap keputusan. Ada keseimbangan antara keberanian dan kelembutan yang menjadi kunci dalam memimpin masyarakat yang memegang kuat budaya dan tradisi.
Tidak lantas berarti peran perempuan dikesampingkan, tetapi keduanya, laki-laki sebagai pemimpin dan perempuan sebagai pendamping menjadi wujud harmoni yang indah, bak dua sisi mata uang yang saling melengkapi. Kepemimpinan laki-laki yang diinginkan oleh masyarakat Tanjung Jabung Timur adalah kepemimpinan yang menghormati peran perempuan, yang memuliakan kehadiran perempuan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesuksesan. Ini bukan sekadar kepemimpinan dari satu sisi, melainkan sebuah kepemimpinan yang utuh, saling mendukung, dan bersama mengarungi lautan aspirasi masyarakat.
Kita melihat bagaimana Laza dan Aris, masing-masing didampingi istri yang setia, menjadi contoh nyata dari keserasian ini. Mereka menjadi simbol dari kekuatan kepemimpinan yang tidak hanya berbicara tentang visi dan misi, tetapi juga memperlihatkan nilai-nilai ketimuran yang menjunjung tinggi keharmonisan antara laki-laki dan perempuan. Masyarakat Melayu memahami bahwa seorang pemimpin yang kokoh tak hanya memerlukan kekuatan dari dirinya sendiri, tetapi juga kekuatan dari perempuan yang setia mendampingi dan mendukung setiap langkah.
*“Kalah bisa karena biasa, hilang bisa kerna petuah.”* Kepemimpinan di bumi Melayu Tanjung Jabung Timur bukan sekadar soal siapa yang memegang kendali, tetapi juga tentang bagaimana setiap elemen dalam kepemimpinan itu saling menguatkan, membentuk keharmonisan, dan membawa perubahan positif bagi masyarakat. Maka, di bawah naungan Sepucuk Nipah Serumpun Nibung, kepemimpinan laki-laki yang didampingi perempuan sejati adalah gambaran kepemimpinan yang diidamkan, sebuah kepemimpinan yang tidak hanya kuat, tetapi juga lembut, tidak hanya teguh, tetapi juga penuh kasih, menyatukan kekuatan laki-laki dan kehangatan perempuan dalam membangun masa depan yang cerah bagi Tanjung Jabung Timur.